Minggu, 09 Oktober 2016

SISTEM INFORMASI TUBERKULOSIS TERPADU (SITT)



Tuberkulosis Paru (TB Paru) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
 Mycobacterium tuberculosis. Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk duniatelah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis.
Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasien TB baru dan 3 juta kematian akibat TB seluruh dunia. Survei KesehatanRumah Tangga (SKRT) tahun 1995, menempatkan TB sebagai penyebab kematianketiga terbesar setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan,dan merupakan nomor satu terbesar dalam kelompok penyakit infeksi (Depkes RI,2008).Sebagian dari kasus TB ini (95%) dan kematiannya (98%) terjadi di negara-negara yang sedang berkembang. Diantara mereka 75% berada pada usia produktif yaitu 15-50 tahun. Penduduk yang padat dan tingginya prevalensi menyebabkanlebih dari 65% dari kasus-kasus TB yang baru dan kematian yang muncul terjadi diAsia. Munculnya pandemi HIV/AIDS di dunia menambah permasalahan TB.Koinfeksi dengan HIV akan meningkatkan risiko kejadian TB secara signifikan(Depkes RI, 2008).
 WHO melaporkan 10-20 juta penderita di dunia mempuyai kemampuan menularkan penyakit tuberkulosis (Alsagaff & Mukty, 2006).Diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan kehilangan rata-rata waktukerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat pada kehilangan pendapatantahunan rumah tangganya sekitar 20-30%. Jika seseorang meninggal akibat TB,maka akan kehilangan pendapatannya sekitar 15 tahun. Selain merugikan secara ekonomis, TB juga memberikan dampak buruk lainnya secara sosial stigma bahkandikucilkan oleh masyarakat (Depkes RI, 2008).TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia. Jumlah pasien TB di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan Cinadengan jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien TB didunia.Diperkirakan pada tahun 2004, setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan kematian101.000 orang. Insiden kasus TB BTA positif sekitar 110 per 100.000 penduduk.
Program pengendalian TB Nasional telah memiliki sistem pencatatan dan pelaporan baku, dimana sistem tersebut adalah dasar dalam pengembangan sistem informasi TB. Di tingkat fasilitas pelayanan kesehatan sudah menggunakan format pencatatan baku dan di tingkat kabupaten/kota serta provinsi pengelola program TB (Wasor TB) telah menggunakan software TB elektronik yang bertujuan untuk mempermudah pengelolaan data untuk penyelesaian laporan triwulan penemuan kasus, hasil konversi, dan hasil pengobatan TB.  SITT dikembangkan untuk mempercepat proses pengumpulan data di tingkat provinsi dan nasional. Di fase pertama, sistem informasi yang dikembangkan untuk pengumpulan data kasus TB per individu dan logistik OAT. Penggunaan sistem elektronik mempermudah pengumpulan data dan pembuatan laporan. Namun, masih ditemukan adanya keterbatasan dalam sistem tersebut sehingga mendorong untuk dilakukan pengembangan sistem informasi yang dapat mempercepat proses validasi dan menghasilkan data yang berkualitas serta terintegrasi dengan sistem informasi kesehatan di tingkat nasional. 



SITT menggunakan sistem yang sudah berjalan di program TB, seperti penggunaan TB elektronik (TBE) versi 3.5, dan dikembangkan menjadi TBE modifikasi untuk bisa menjawab kebutuhan data dan informasi yang dibutuhkan oleh program. Sistem pengiriman data dikembangkan dengan mengikuti perkembangan teknologi, dimana data akan di unggah (upload) melalui web SITT dan seluruh data akan disimpan dalam bentuk database di server Pusdatin dan data tetap dikelola oleh Subdit TB Kemenkes. 
Pengumpulan data kasus TB per individu dan logistik OAT menggunakan TB elektronik (TBE) yang sudah dimodifikasi supaya dapat menjawab kebutuhan program. TBE merupakan suatu alat pengumpulan data yang saat ini masih digunakan oleh sebagian besar Wasor TB di Kabupaten/Kota untuk menyimpan data kasus TB dan indikator program TB. Dengan memodifikasi TBE tersebut akan memudahkan Wasor TB dalam menjalankan proses di dalam SITT. Namun mulai tahun 2014 SITT dikembangkan sampai ke layanan puskesmas dan RS,  sehingga layanan puskesmas dan RS yang harus mengentri data sendiri  meliputi entri TB 06, TB 01 dan data dasar (SITT Phase 2). Mengingat hal-hal tersebut diatas diperlukan adanya kegiatan pertemuan pengembangan sistem informasi TB (sistem informasi tuberkulosis terpadu) bagi puskesmas dan RS.
Dalam upaya pengendalian Tubercolusis (TB), salah satu kegiatan yang harus dilakukan adalah penyediaan informasi dalam pengendalian program.
Pengembangan sitem informasi TB terpadu (SITT) dilakukan untuk mendukung kegiatan surveilans TB dan dalam prosesnya dilakukan kerja sama dengan Pusat Data Informasi (Pusdatin) Kementrian Kesehatan RI. SITT menjadi induk dari sistem yang berkaitan dengan program pengendalian TB dengan mengacu kepada Pedoman Nasional Pengendalian Tubercolusis dan menjadi subsistem dari sistem informasi kesehatan nasional (SIKNAS) yang dikembangkan oleh Pusdatin. Sebagai induk dari sitem dalam Program Pengendalian TB, maka SITT dikembangkan untuk dapat saling bertukar data antar sistem informasi yang sudah dikembangkan sebelumnya di Program Pengendalian TB diantaranya dengan sistem e-tb manager untuk TB resisten obat. Selain itu juga akan dilakukan dalam program berikutnya misalnya pengembangan sistem informasi untuk TB mandatory notification baik melaui sms gateway, Open MRS ( Medical Record System ) atau Sistem Informasi HIV AIDS (SIHA), Sistem Informasi Rumah Sakit, Sistem Informasi PPSDM maupun di luar lingkungan kesehatan seperti Kementrian Dalam Negeri yang berhubungan dengan nomor identitas kependudukan dan data sosio demografi dalam mendukung pelaksanaan bagi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Selain itu pengembangan SITT bertujuan untuk memfasilitasi pelaksanaan analisis lanjut antara kasus dengan logistik, kasus dengan laboratorium, alert sistem logistik, inventory study maupun capture to capture.
Pelaksanaan SITT melibatkan Subdit TB, Wasor TB di provinsi dan kabupaten, Pusdatin, dan Pengelola Data dan Informasi di provinsi dan kabupaten/kota. Pembagian peran dan tanggungjawab dalam pelaksanaan SITT dijelaskan dalam tabel berikut.

TB
Nasional: Subdit TB
Data dan Informasi
Nasional : Subdit TB
Memantau pengiriman data TB dari wasor TB kabupaten/kota/provinsi
Pengelola server untuk penyimpanan data program TB
Membantu wasor TB provinsi bila tim TB di provinsi mengalami kesulitan dalam menginput data ke TB03 dan mengunggah ke web SITT
Menjamin keamanan data TB
Melakukan pemeliharaan perangkat lunak SITT, termasuk di dalamnya web yang digunakan.
Melakukan back up data rutin
Provinsi: Wasor TB
Provinsi: Datin
Memantau ketepatan waktu dan kelengkapan pelaporan dari Wasor TB kabupaten/kota
Bekerja sama dengan Wasor TB provinsi untuk membantu proses pengiriman data TB dengan menggunakan jaringan Pusdatin di tingkat Provinsi
Membuat laporan instalasi farmasi provinsi (TB13) Mengunggah laporan instalasi farmasi provinsi ke web SITT

Bekerjasama dengan Datin Provinsi untuk membantu wasor TB Kabupaten/kota bila mengalami kesulitan dalam menginput data ke TB03 elektronik dan mengunggah ke web SITT

Kabupaten/kota: Wasor TB
Kabupaten/Kota:Datin
Mengkordinasikan pengumpulan data untuk di input ke dalam TB03 elektronik. Sumber data berasal dari fasilitas kesehatan yang menjalankan DOTS, seperti Puskesmas, Rumah Sakit, BP4/BBKPM/BKPM, dokter/klinik praktek swasta, dan lain-lain
Membantu proses pengiriman data TB dengan menggunakan jaringan Pusdatin di tingkat kab/kota
Melakukan pengecekan dan verifikasi sebelum di unggah ke web SITT

Mengkonversi file TB03 elektronik excel ke dalam bentuk csv

Mengunggah TB03 elektronik ke web SITT


https://www.scribd.com/document/91216392/BAB-I
http://sarpornomo.blogspot.co.id/2014/04/sitt-sistem-informasi-tb-terpadu.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar