Tuberkulosis Paru (TB Paru) adalah
penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium
tuberculosis. Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk duniatelah
terinfeksi Mycobacterium tuberculosis.
Pada
tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasien TB baru dan 3 juta kematian
akibat TB seluruh dunia. Survei KesehatanRumah
Tangga (SKRT) tahun 1995, menempatkan TB sebagai penyebab kematianketiga
terbesar setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan,dan
merupakan nomor satu terbesar dalam kelompok penyakit infeksi (Depkes RI,2008).Sebagian dari kasus TB ini (95%) dan
kematiannya (98%) terjadi di negara-negara
yang sedang berkembang. Diantara mereka 75% berada pada usia produktif yaitu
15-50 tahun. Penduduk yang padat dan tingginya prevalensi menyebabkanlebih dari 65% dari kasus-kasus TB yang baru dan
kematian yang muncul terjadi diAsia.
Munculnya pandemi HIV/AIDS di dunia menambah permasalahan TB.Koinfeksi
dengan HIV akan meningkatkan risiko kejadian TB secara signifikan(Depkes RI,
2008).
WHO melaporkan 10-20
juta penderita di dunia mempuyai kemampuan
menularkan penyakit tuberkulosis (Alsagaff & Mukty, 2006).Diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan
kehilangan rata-rata waktukerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat
pada kehilangan pendapatantahunan rumah tangganya sekitar 20-30%. Jika
seseorang meninggal akibat TB,maka akan kehilangan pendapatannya sekitar 15
tahun. Selain merugikan secara ekonomis, TB
juga memberikan dampak buruk lainnya secara sosial stigma bahkandikucilkan oleh
masyarakat (Depkes RI, 2008).TB merupakan masalah utama kesehatan
masyarakat di Indonesia. Jumlah pasien TB di Indonesia merupakan ke-3
terbanyak di dunia setelah India dan Cinadengan
jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien TB didunia.Diperkirakan
pada tahun 2004, setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan kematian101.000 orang.
Insiden kasus TB BTA positif sekitar 110 per 100.000 penduduk.
Program pengendalian TB Nasional
telah memiliki sistem pencatatan dan pelaporan baku, dimana sistem tersebut
adalah dasar dalam pengembangan sistem informasi TB. Di tingkat fasilitas
pelayanan kesehatan sudah menggunakan format pencatatan baku dan di tingkat
kabupaten/kota serta provinsi pengelola program TB (Wasor TB) telah menggunakan
software TB elektronik yang bertujuan untuk mempermudah pengelolaan data untuk
penyelesaian laporan triwulan penemuan kasus, hasil konversi, dan hasil
pengobatan TB. SITT dikembangkan untuk mempercepat proses
pengumpulan data di tingkat provinsi dan nasional. Di fase pertama, sistem
informasi yang dikembangkan untuk pengumpulan data kasus TB per individu dan
logistik OAT. Penggunaan sistem elektronik mempermudah pengumpulan data
dan pembuatan laporan. Namun, masih ditemukan adanya keterbatasan dalam sistem
tersebut sehingga mendorong untuk dilakukan pengembangan sistem informasi yang
dapat mempercepat proses validasi dan menghasilkan data yang berkualitas serta
terintegrasi dengan sistem informasi kesehatan di tingkat nasional.
SITT menggunakan sistem yang sudah
berjalan di program TB, seperti penggunaan TB elektronik (TBE) versi 3.5, dan
dikembangkan menjadi TBE modifikasi untuk bisa menjawab kebutuhan data dan
informasi yang dibutuhkan oleh program. Sistem pengiriman data dikembangkan
dengan mengikuti perkembangan teknologi, dimana data akan di unggah (upload)
melalui web SITT dan seluruh data akan disimpan dalam bentuk database di server
Pusdatin dan data tetap dikelola oleh Subdit TB Kemenkes.
Pengumpulan data kasus TB per
individu dan logistik OAT menggunakan TB elektronik (TBE) yang sudah
dimodifikasi supaya dapat menjawab kebutuhan program. TBE merupakan suatu alat
pengumpulan data yang saat ini masih digunakan oleh sebagian besar Wasor TB di
Kabupaten/Kota untuk menyimpan data kasus TB dan indikator program TB. Dengan
memodifikasi TBE tersebut akan memudahkan Wasor TB dalam menjalankan proses di
dalam SITT. Namun mulai tahun 2014 SITT
dikembangkan sampai ke layanan puskesmas dan RS, sehingga layanan puskesmas dan RS yang harus
mengentri data sendiri meliputi entri TB
06, TB 01 dan data dasar (SITT Phase 2). Mengingat hal-hal tersebut diatas diperlukan adanya kegiatan pertemuan
pengembangan sistem informasi TB (sistem informasi tuberkulosis terpadu) bagi
puskesmas dan RS.
Dalam upaya pengendalian
Tubercolusis (TB), salah satu kegiatan yang harus dilakukan adalah penyediaan
informasi dalam pengendalian program.
Pengembangan sitem informasi TB terpadu (SITT) dilakukan untuk mendukung kegiatan surveilans TB dan dalam prosesnya dilakukan kerja sama dengan Pusat Data Informasi (Pusdatin) Kementrian Kesehatan RI. SITT menjadi induk dari sistem yang berkaitan dengan program pengendalian TB dengan mengacu kepada Pedoman Nasional Pengendalian Tubercolusis dan menjadi subsistem dari sistem informasi kesehatan nasional (SIKNAS) yang dikembangkan oleh Pusdatin. Sebagai induk dari sitem dalam Program Pengendalian TB, maka SITT dikembangkan untuk dapat saling bertukar data antar sistem informasi yang sudah dikembangkan sebelumnya di Program Pengendalian TB diantaranya dengan sistem e-tb manager untuk TB resisten obat. Selain itu juga akan dilakukan dalam program berikutnya misalnya pengembangan sistem informasi untuk TB mandatory notification baik melaui sms gateway, Open MRS ( Medical Record System ) atau Sistem Informasi HIV AIDS (SIHA), Sistem Informasi Rumah Sakit, Sistem Informasi PPSDM maupun di luar lingkungan kesehatan seperti Kementrian Dalam Negeri yang berhubungan dengan nomor identitas kependudukan dan data sosio demografi dalam mendukung pelaksanaan bagi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Selain itu pengembangan SITT bertujuan untuk memfasilitasi pelaksanaan analisis lanjut antara kasus dengan logistik, kasus dengan laboratorium, alert sistem logistik, inventory study maupun capture to capture.
Pengembangan sitem informasi TB terpadu (SITT) dilakukan untuk mendukung kegiatan surveilans TB dan dalam prosesnya dilakukan kerja sama dengan Pusat Data Informasi (Pusdatin) Kementrian Kesehatan RI. SITT menjadi induk dari sistem yang berkaitan dengan program pengendalian TB dengan mengacu kepada Pedoman Nasional Pengendalian Tubercolusis dan menjadi subsistem dari sistem informasi kesehatan nasional (SIKNAS) yang dikembangkan oleh Pusdatin. Sebagai induk dari sitem dalam Program Pengendalian TB, maka SITT dikembangkan untuk dapat saling bertukar data antar sistem informasi yang sudah dikembangkan sebelumnya di Program Pengendalian TB diantaranya dengan sistem e-tb manager untuk TB resisten obat. Selain itu juga akan dilakukan dalam program berikutnya misalnya pengembangan sistem informasi untuk TB mandatory notification baik melaui sms gateway, Open MRS ( Medical Record System ) atau Sistem Informasi HIV AIDS (SIHA), Sistem Informasi Rumah Sakit, Sistem Informasi PPSDM maupun di luar lingkungan kesehatan seperti Kementrian Dalam Negeri yang berhubungan dengan nomor identitas kependudukan dan data sosio demografi dalam mendukung pelaksanaan bagi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Selain itu pengembangan SITT bertujuan untuk memfasilitasi pelaksanaan analisis lanjut antara kasus dengan logistik, kasus dengan laboratorium, alert sistem logistik, inventory study maupun capture to capture.
Pelaksanaan SITT melibatkan Subdit
TB, Wasor TB di provinsi dan kabupaten, Pusdatin, dan Pengelola Data dan
Informasi di provinsi dan kabupaten/kota. Pembagian peran dan
tanggungjawab dalam pelaksanaan SITT dijelaskan dalam tabel berikut.
TB
Nasional:
Subdit TB
|
Data dan
Informasi
Nasional :
Subdit TB
|
Memantau pengiriman data TB dari wasor TB
kabupaten/kota/provinsi
|
Pengelola server untuk penyimpanan data program TB
|
Membantu wasor TB provinsi bila tim TB di provinsi
mengalami kesulitan dalam menginput data ke TB03 dan mengunggah ke web SITT
|
Menjamin keamanan data TB
|
Melakukan pemeliharaan perangkat lunak SITT,
termasuk di dalamnya web yang digunakan.
|
Melakukan back up data rutin
|
Provinsi: Wasor TB
|
Provinsi: Datin
|
Memantau ketepatan waktu dan kelengkapan pelaporan
dari Wasor TB kabupaten/kota
|
Bekerja sama dengan Wasor TB provinsi untuk membantu
proses pengiriman data TB dengan menggunakan jaringan Pusdatin di tingkat
Provinsi
|
Membuat laporan instalasi farmasi provinsi (TB13) Mengunggah
laporan instalasi farmasi provinsi ke web SITT
|
|
Bekerjasama dengan Datin Provinsi untuk membantu
wasor TB Kabupaten/kota bila mengalami kesulitan dalam menginput data ke TB03
elektronik dan mengunggah ke web SITT
|
|
Kabupaten/kota: Wasor TB
|
Kabupaten/Kota:Datin
|
Mengkordinasikan pengumpulan data untuk di input ke
dalam TB03 elektronik. Sumber data berasal dari fasilitas kesehatan yang
menjalankan DOTS, seperti Puskesmas, Rumah Sakit, BP4/BBKPM/BKPM,
dokter/klinik praktek swasta, dan lain-lain
|
Membantu proses pengiriman data TB dengan
menggunakan jaringan Pusdatin di tingkat kab/kota
|
Melakukan pengecekan dan verifikasi sebelum di
unggah ke web SITT
|
|
Mengkonversi file TB03 elektronik excel ke dalam
bentuk csv
|
|
Mengunggah TB03 elektronik ke web SITT
|
|
https://www.scribd.com/document/91216392/BAB-I
http://sarpornomo.blogspot.co.id/2014/04/sitt-sistem-informasi-tb-terpadu.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar